“Bisakah kamu berhenti merajuk? Sudah tiga hari aku dibuat pening karena tingkah kekanak-kanakan seorang Pangeran yang sudah menginjak kepala dua.”
Anton Lee mencibir lalu memutar bola matanya sebal sebagai tanggapan atas kalimat Putra Mahkota yang duduk di hadapannya sambil melipat tangan di dada. Adalah kakaknya, putra sulung seorang Raja dari Kerajaan Eldoria yang kini menjadi garis pewaris takhta kerajaan utama. Sang Pangeran Mahkota datang menghampirinya di Holvania—Istana kediaman keluarga Kerajaan Eldoria—setelah Anton, si Putra Eldoria selama tiga hari berturut-turut menyampaikan permohonan melewati banyak pesan yang dikirim dan dititipkan melalui para prajurit di Istana. Pesan tersebut berisikan permintaan untuk mengurangi jumlah pengawalannya yang telah diatur sedemikian rupa—yang mana bukan permintaan mudah untuk diidahkan.
“Bukankah aku tidak terlalu sering meminta sebuah permohonan? Hanya kali ini aku bersikeras memohon karena melibatkan kenyamananku untuk berkegiatan.”
Menghela napas panjang, Putra Mahkota kemudian mengambil hening untuk memutuskan sebuah keputusan. Adik bungsunya ini terlampau keras kepala dan tidak bisa dihadapi dengan sama kerasnya—maka mencoba mengerti kondisinya dengan cara lembut adalah kunci utama.
“Apa alasanmu ingin mengurangi jumlah pengawalan? Kamu adalah seorang Pangeran, pengawalan yang ketat sudah menjadi sebuah kewajiban yang mutlak.”
Menggeleng bersikukuh, Anton menolak pernyataan tersebut untuk disetujui. Baginya cukup berlebihan ketika mendapat proteksi dalam bentuk belasan pengawal yang mengikutinya ke sana kemari. Belum lagi paras menyeramkan para pengawal yang buat lingkungan sekitar Anton berada dibuat tidak nyaman. Teman-temannya yang berstatus sebagai rakyat biasa juga kerap dibuat ketakutan karena pengawal yang diutus oleh sang Raja untuk selalu mengawasinya terlalu dekat menggunakan jarak.
“Aku bukan Putra Mahkota yang bersedia memimpin Kerajaan Eldoria. Aku hanya putra biasa—biarkan aku lebih bebas di luar sana seperti para remaja yang telah beranjak dewasa sedang bersenang-senang sebagaimana mestinya. Bukankah kamu—sebagai kakakku juga pernah memiliki harapan yang sama?”
Sunyi setelahnya. Aula luas dihiasi dekorasi emas yang berkilauan mendadak redup. Putra Mahkota untuk sesaat dibuat menunduk. Pertanyaan yang menusuk—tahu bahwa semua dilontar oleh sang bungsu jauh dari dalam lubuk. Tapi renungannya tak berlangsung lama ketika menyadari bahwa kedudukannya saat ini bukan hanya berperan sebagai kakak yang bisa mengerti total seluruh perasaan anggota keluarga.
Maka, “Aku tetap tidak bisa.” Putra Mahkota berkata dengan tegasnya. “Kamu tahu, di luar sana ada sebagian orang yang membenci anggota kerajaan. Raja Eldoria adalah hasilnya, beliau jatuh sakit dan belum pulih karena perbuatan mereka—sampai harus aku yang mengganti kedudukannya.”
Menahan pipinya yang mengembung, Anton menggeleng berusaha serius menghadapi situasi saat ini. “Kaku sekali. Bisakah kamu cukup memanggilnya Ayah saja?”
“Anton—”
“Mmhm,” sahutnya cepat. “Kalau begitu, hanya ada satu solusi untuk permasalahan ini. Kamu cukup memberikan aku satu pengawal terbaik yang Kerajaan Eldoria miliki. Dengan begitu, aku akan jauh lebih merasa nyaman dan kamu juga tidak perlu khawatir tentang keamanan. Cemerlang, bukan?”
Pangeran Mahkota tidak langsung memberi jawaban, ia memilih berdiri dari kursi wedana lalu didatangi oleh dua pengawalnya yang sedari tadi mengawasi di depan pintu.
Si bungsu kini tengah menunggu sesuatu yang akan menjadi sebuah kemenangan baginya—satu detik, dua detik, tiga detik. Pangeran Mahkota berbalik badan, akhirnya. Raut wajah yang bisa Anton baca dengan mudah. Salah satu ciri bahwa Putra Mahkota akan segera mengalah dan memberi semua yang ia pinta meski susah payah.
“Besok akan kubawakan untukmu.”
Seringai tipis diukir bibir. Anton dan kebanggaannya pada diri sendiri yang melambung tinggi. Ia berhasil menang lagi.
Beberapa waktu kemudian, seluruh anggota kerajaan berkumpul. Hening di ruang makan yang megah adalah sebuah bentuk kedisiplinan yang Anton kurang sukai. Menyaksikan film keluarga dengan adegan makan bersama yang hangat dihiasi canda tawa dan obrolan ringan, hal yang Anton sesekali ingin rasakan. Di kursi utama ada Putra Mahkota yang memimpin acara makan malam karena sang Raja sedang dalam masa pemulihan. Kemudian di sisi kiri ada Ratu Eldoria dan tersisa Anton—Pangeran Eldoria juga anak gadis satu-satunya, Putri Eldoria.
Bukannya kemewahan dan harta yang bergelimang tidaklah cukup untuk Anton, sang Pangeran. Kasih sayang pun ia dapatkan. Hanya saja, keinginan untuk menjalani hidup seperti rakyat biasa yang bebas tak terikat peraturan adalah impiannya.
“Undangan Pesta Dansa Eldoria untuk tahun ini sudah kamu terima?”
Lamunannya buyar, seketika Anton menggerakkan alat makannya supaya tidak kentara sedang melamun memikirkan sesuatu terlalu berlarut-larut. Pertanyaan dari Putri Eldoria—anak kedua dari Raja Eldoria—diangguki oleh Anton sebagai jawaban. Sebelum ia melangkah menuju aula, ia sempat menerima sebuah kartu undangan yang memintanya untuk datang di Pesta Dansa Eldoria yang akan dilaksanakan tiga bulan dari sekarang. Acara tahunan yang menjadi keharusan untuk ia datangi guna mencari bangsawan yang serasi ketika berdansa bersamanya nanti.
Acara yang ingin Anton hindari setiap tahunnya.
“Sudah. Aku sudah menerima kartu undangannya. Akan dilaksanakan dalam tiga bulan yang akan datang, tapi aku tidak tahu pasti apakah aku bisa menghadiri acara tersebut atau—”
“Ayolah. Acara tersebut menjadikanmu sebagai peran utama. Banyak gadis-gadis bangsawan yang akan datang dan menginginkan kamu menjadi pasangan dansanya.”
Dan ini adalah alasan utamanya. Alasan utama mengapa Anton ingin menghindari setiap agenda kerajaan yang mengharuskannya datang dan berpasang-pasangan. Lelaki dan perempuan. Tuan dan puan. Pangeran dan putri. Tapi Anton tidak memiliki ketertarikan pada hal yang berlawanan seperti yang telah disebutkan. Permasalahan yang ia pendam seorang diri tanpa ada satu pun yang mengetahui.
“Datang, ya?”
Dehem singkat Anton keluarkan. Menolak dan mundur dari apa yang seharusnya ia hadapi adalah bukan sebuah pilihan untuk seseorang yang lahir di Eldoria. Akan sangat merumitkan jika ia memberontak untuk pergi dari apa yang sudah terencana. Belum lagi ketika memastikan ekspresi di kanan kiri setiap kursi, Anton mendapati tatapan penuh harap yang seolah bersuara untuk memaksanya datang.
“Apakah kamu memiliki kesulitan? Ibu bersedia membantu jika kamu mengizinkan.” Ratu Eldoria memang figur seorang Ibu yang Anton syukuri presensinya. Tidak seperti karangan cerita yang kerap mengisahkan keluarga kerajaan tidak memiliki ikatan yang erat, seluruh anggota Kerajaan Eldoria adalah pengecualian. Termasuk sang Ratu—seorang Ibu yang sedia untuk langsung turun tangan memperhatikan satu per satu anaknya tanpa ada yang terlewatkan. Semua harus ada dalam jangkauan. Maka ketika Anton menyatakan ketidakpastian mengenai kehadirannya di acara sakral yang akan terlaksana, Ratu Eldoria diliputi rasa khawatir yang membuatnya langsung bertanya.
“Tidak apa, Ibu. Tidak ada kesulitan yang sedang aku miliki. Hanya sedikit gugup. Tapi semua akan baik-baik saja, aku berjanji.” Anton membalasnya dengan yakin—kenyataannya saat ini di bawah meja makan kakinya sedang gemetar tidak karuan.
“Bersiaplah, pengawal yang sudah aku persiapkan akan datang esok hari.”
Denting sendok dan garpu memecah hening sampai seluruh atensi tumpah pada Anton Lee dengan mata membola tak percaya. “Maaf, tapi besok? Kamu benar-benar menyiapkan pengawalnya secepat itu?”
Putra Mahkota enggan mengulang kalimatnya untuk kali kedua. Tahu bahwa sang Pangeran tentu dengan baik mendengar kalimatnya, jadi tidak ada alasan untuk kembali mengatakan kalimat yang serupa. “Kamu tidak mungkin berkeliaran di luar Istana tanpa pengawasan, juga masih banyak acara yang akan kamu hadiri dalam beberapa waktu ke depan. Jadi, aku dan Raja Eldoria mempersiapkannya dengan cepat.”
Pernyataan tersebut tidak membuat Anton berhenti terkejut, sebab Putra Mahkota ternyata melibatkan Raja Eldoria untuk menunjuk pengawal terbaik yang kerajaan miliki. Begitu mencengangkan, Anton masih terkejut setelah dua puluh tahun dibesarkan dengan segala hal instan.
“Baiklah, terima kasih. Kalau begitu, besok aku akan menyambutnya dengan baik.”
Acara makan malam kemudian ditutup. Satu per satu meninggalkan ruangan dan Anton berjalan masuk menuju kamarnya dengan perasaan berdebar di setiap langkah yang menyeretnya jauh dari keramaian. Siapa pengawal yang dipilih langsung oleh Raja dan Putra Mahkota? Timbul pertanyaan yang terlintas di kepala sebab Anton pernah mendengar rumor besar yang dirahasiakan kerajaan. Rumor yang mengatakan ada seorang anak lelaki yang dipersiapkan oleh Raja secara matang-matang demi keberlangsungan keamanan.
Anton berkelana pada dugaan-dugaannya sambil menatap langit bertabur bintang dari balkonnya. Bagaimana jika pengawal yang akan diperkenalkan padanya adalah anak lelaki tersebut? Tentu Anton dihantui penasaran, sampai-sampai ia mempercepat jam tidurnya supaya rasa penasaran tersebut tenggelam dan terjawab di esok pagi.
Sedang di lain sisi, dengan bulan sabit terlukis di sepanjang langit, seorang lelaki mengarahkan senapan kisar di tangannya dengan satu peluru yang siap menancap papan target dengan tepat. Postur tubuh tegak dan jangkung seolah sigap menjadi perisai paling andal. Dedikasi yang dipersembahkannya sedari kecil sampai sebesar ini—seseorang telah membentuknya jauh-jauh hari. Luka yang tergores di sekujur tubuh tidak pernah dirasa bagaimana sakit dan perihnya sebab yang lebih berkuasa pernah mengatakan padanya untuk tumbuhlah dengan kuat; menangis dan terluka bukan ciri seorang pria. Besar nanti, jadilah yang terbaik karena dunia semakin tua dan yang bukan apa-apa akan tersingkir dengan mudahnya. Kalimat yang terkenang di kepala kosong yang selama hidupnya dibiarkan tak terisi apa-apa. Bertahan hidup dengan kerasnya dunia. Seseorang telah mempersiapkan dirinya untuk maju menjadi yang terunggul.
“Jung Sungchan, pengawal yang akan menjaga keamananmu sepanjang waktu. Ia berhasil mengikuti seleksi yang Raja Eldoria adakan, kemudian kegigihannya menjadikan ia pemenang dari belasan ribu pendaftar. Cukup untukmu, Pangeran?”
Pagi harinya benar-benar terjadi. Usai bangun dari ranjangnya setelah pelayan dengan susah payah membangunkan Anton untuk segera bersiap menuju ke aula karena Putra Mahkota telah membawakan seseorang di sisinya, Anton dibuat menganga dengan informasi sederhana yang sang Putra Mahkota berikan padanya sebagai perkenalan tuk bermula. Melirik ke sisi kanan, di sana Anton temukan sosok lelaki dengan ekspresi datar menatap lurus penuh ketegasan. Proporsi tubuh yang sempurna bagi seorang pengawal, belum lagi paras tampannya—harusnya wajah dan tubuh sempurna itu tidak ada di sini, Anton pikir seharusnya lelaki yang diperkenalkan sebagai calon pengawalnya ini ada di karpet merah dengan kilauan lampu kilat menjepretnya tiada jeda saking sempurnanya.
“Kami menunggu pendapatmu.”
Mengerjap, Anton berdehem kecil guna memecah kecanggungan yang diperbuat. “Ah, ya... Sempurna. Biar kubawa dia bekerja bersamaku sepanjang waktu.”
Mendengar pendapat seorang Pangeran yang akan menjadi tugasnya, Sungchan membungkuk tubuh sebagai ungkapan terima kasih atas pujian yang terlontar di hari pertamanya akan bekerja.
“Pengawal Jung Sungchan sudah mengetahui dan mempelajari seluruh aturan yang tertulis selama bekerja untukmu. Jadi tidak perlu khawatir, aku merekrutnya langsung dengan cermat juga sesuai permintaanmu hari itu.”
Putra Mahkota selesai mengabulkan permintaan Anton untuk memberinya satu pengawal terbaik yang Kerajaan Eldoria miliki. Berbeda dari puluhan pengawal yang pernah bekerja untuknya, Anton dibuat sedikit tertarik pada penampilan pengawal yang terlihat tak jauh dari umurnya. Tidak ada sehelai janggut juga tak ada wajah sangar yang dapat menakuti sekitar. Sungguh takjub, di luar perkiraannya. Meski ekspresinya sepanjang jalan hanya datar tiada senyuman.
“Kukira kamu datang sebagai bangsawan yang hendak menikahi Putri Eldoria.”
Adalah kalimat pertama yang Anton ucapkan sebagai basa-basi belaka ketika Sungchan ada bersamanya berkeliling Istana sebagai sesi perkenalan. Tapi tak ada balasan, hanya suara kicauan burung-burung beterbangan yang mengisi setiap langkah mereka menuju taman Holvania. Dengan begitu, Anton berhenti pada langkahnya yang memimpin untuk menoleh ke belakang. Sungchan masih di belakangnya dengan jarak sekitar satu meter, ikut berhenti melangkah dan menatap Anton tanpa arti.
“Kamu tidak membalas kalimatku?”
Masih hening. Bahkan kicauan kutilang emas juga turut berhenti, mendukung suasana canggung di bawah pohon besar yang menghalangi sinar matahari. Anton tertawa nanar setelahnya, “Kamu benar-benar tidak membalas kalimatku?”
Merasa bahwa diam tidak akan menjawab pertanyaan Pangeran di hadapannya, kali ini Sungchan mengangguk lalu menundukkan kepalanya memberi gerak-gerik permohonan yang begitu dalam. Adalah bagian dari profesional yang ia pegang setelah Kerajaan Eldoria membawanya ke mari untuk bekerja dengan sang Pangeran. Semua sudah diatur olehnya supaya memiliki batasan; tidak berbicara jika bukan hal penting yang perlu disampaikan, memberi jarak supaya Pangeran Anton merasa nyaman, juga tidak memiliki kedekatan dalam bentuk apa pun yang dapat mengganggu jalannya pekerjaan.
“Ah, menyebalkan sekali! Aku pikir memiliki pengawal muda akan terasa menyenangkan. Ternyata sama membosankan, lalu apa bedanya dengan para pengawal menyeramkan yang mereka kirim untuk menjagaku kemarin-kemarin?!”
Cercaan yang didapat di hari pertama. Sungchan merasa buruk sekarang, tapi tak banyak yang bisa ia lakukan selain menundukkan kepala meminta maaf sebanyak-banyaknya. Dan Anton dibuat mengerucutkan bibir lalu melanjutkan langkah yang dibawa sengaja dientak-entakkan. Menghembuskan napas ke udara, Sungchan geleng-geleng kepala dibuatnya.
“Dia bekerja untuk menjagamu dari setiap bahaya dan memastikan keadaanmu pada setiap agenda, bukan untuk menjadi temanmu yang banyak bicara.”
Adalah balasan dari Putra Mahkota ketika Anton datang melayangkan protes atas pengawal baru yang dibawakannya.
“Dia hanya berdiri di sisiku tanpa bicara sepatah kata. Paling tidak dia bisa menanggapi pertanyaanku, mulutnya seperti dijahit oleh benang terkuat di muka bumi. Tidak bisa terbuka sama sekali. Aku seperti dikawal oleh sebuah patung.”
Kini protesnya berubah menjadi ocehan yang menggema. Putra Mahkota tidak memberinya tanggapan seolah ia berada di sisi Sungchan dengan profesionalisme yang tidak bisa disalahkan. Sebab tujuan utama Sungchan dibawa olehnya adalah untuk berada di sisi Anton sebagai penjaga yang bekerja menjaga keamanan Pangeran dari Eldoria. Maka ketika Anton protes, tak banyak yang bisa dibalas karena menurut Putra Mahkota sudah benar semua batasan yang Sungchan ciptakan di antara mereka.
“Kalau begitu, kenapa kamu tidak memberi pengawal dengan penampilan dan usia yang sama seperti puluhan mantan pengawalku yang pernah bekerja?” tanya Anton, tetap mencari celah untuk mengutarakan kekesalannya di ruang Putra Mahkota yang tidak ada siapa pun selain mereka berdua.
“Ia adalah seseorang yang Raja Eldoria percaya bisa menjagamu dengan baik,” jawab Putra Mahkota. “Tidak banyak yang bisa aku jelaskan, tapi jangan meragukan kemampuan Pengawal Jung Sungchan. Biarkan ia bekerja sesuai instruksi dan batasan. Aku tidak menerima keluhan apa pun lagi, silakan keluar.”
Kalau mengira Anton akan mencibir sepanjang malam, jawabannya adalah salah—yah, sedikit benar, masih tersisa rasa kesal. Tapi terpendam dengan rasa janggal bagaimana Putra Mahkota mengatakan sebanyak dua kali bahwa Pengawal Jung Sungchan yang dibawanya adalah orang yang dipercaya oleh sang Ayah, Raja Eldoria. Sepanjang hidupnya, Anton mengenal dalam bahwa keluarganya bukan keluarga yang sembarang menaruh kepercayaan. Terlebih untuk Raja Eldoria yang memiliki musuh di mana-mana. Tapi, mengapa kalimat dan pilihannya teramat yakin bahwa Sungchan adalah orang terbaik seperti sesuatu telah direncanakan?
Diskusi diri di sepanjang malam. Anton dibuat penasaran. Siapakah sebenarnya Jung Sungchan? Pertanyaan yang mengisi kepala sampai terlelap dalam kantuk yang datang tiba-tiba. Anton tertidur di ranjangnya sampai pagi tiba dan lonceng berdentang kencang. Minggu pagi adalah kegiatan yang biasa Anton isi dengan berolahraga. Setelah menentukan sambil bersiap, olahraga panahan adalah olahraga yang dipilihnya untuk dilakukan. Tentu di hari-hari selanjutnya ini Sungchan masih melakukan pekerjaannya—masih sama, berjalan mengikuti langkah Anton lalu berjaga-jaga sampai tiba mereka di hamparan luas dengan papan panahan yang telah dipersiapkan.
“Ini adalah salah satu olahraga favoritku. Aku biasanya berlatih bersama Ayah. Tapi ya, kamu tahu beliau sedang dalam masa pemulihan. Jadi sekarang kamulah yang menggantikan posisinya,” ucap Anton panjang lebar sembari mengenakan perlindungan pada jari dan tangannya. “Lawan aku, Pengawal Jung Sungchan.”
Yang disebut namanya hanya mengangguk ringan seolah permintaan sang Pangeran bukan permintaan yang perlu dipikirkan ulang. Dikenakan seluruh persiapan, Sungchan kenakan perlindungan yang sama lalu diambil busur panah yang telah tersedia. Anton yang memperhatikan secara terang-terangan dibuat membuka mulutnya kagum, Sungchan seperti sungguhan terlatih dalam hal apa pun. Dari caranya memakai alat peredam getaran kemudian mengambil sebatang panah dari kantong panah, sungguh atraktif—ah, Anton terlalu menumpahkan atensinya.
“Majulah, silakan memulainya lebih dulu.”
Mengangguk, Sungchan menarik busur panah dengan sikap yang tepat. Matanya ditutup satu untuk membidik target dengan sempurna, tidak sedetik pun Anton lewati gerak yang Sungchan buat sampai anak panah dilepaskan dan tepat! Tembakan berhasil menusuk skor tertinggi di lingkaran kuning. Sungchan meraupnya tanpa selebrasi, ia hanya mundur sebanyak beberapa langkah dan mempersilahkan Anton untuk bersiap dalam posisi.
Namun sebelum Anton bersiap pada posisinya, ia menoleh kepada Sungchan yang berdiri dengan tangan sudah kembali menyilang di belakang seolah siap dengan hasil yang akan dicetaknya. Tapi sebelum itu, Anton menolehkan kepalanya untuk menanyakan sesuatu lebih dulu.
“Bolehkah aku membuat sebuah permintaan?”
Dengan ragu, Sungchan mengangguk pelan. Menunggu apa yang akan Anton pinta barangkali hal tersebut adalah hal yang dapat Sungchan bantu seperti bagian dari tugasnya.
“Jika aku berhasil mendapatkan skor yang sama sepertimu, ikut dan temani aku ke luar Holvania untuk mencicipi es krim bersama.”
Kan. Sungchan harusnya tidak menganggap ada sesuatu besar yang dipinta oleh Anton sebagai Pangeran yang harusnya memperkerjakan pengawalnya. Tapi di bawah sinar matahari yang menyorot mereka saat ini, raut wajah Anton terlihat kesilauan dan Sungchan enggan mengulur waktu karena tidak mau membuat Anton lama-lama menunggu. Maka anggukan dua kali adalah finalnya, Sungchan membiarkan Anton bertaruh pada dirinya sendiri untuk mencetak skor yang sama—tapi sayangnya, anak panah meleset dan Anton dibuat mengeluh kecewa.
“Payah. Biasanya panah yang aku lepaskan tidak pernah meleset. Ini adalah sebuah kesalahan, biar aku coba ulang—”
“Ayo.”
Anton menggeleng, tangannya bergerak siap menarik busur panah untuk kedua kalinya sampai Sungchan yang mendekat dan menurunkan tangannya ke arah tanah. Sesaat Anton berhenti berkutik, menatap Sungchan tidak mengerti dengan apa yang baru saja terjadi.
“Aku akan mengemudi untukmu hari ini, Pangeran.” Ungkap Sungchan sebelum tubuhnya berbalik dan melepaskan peralatan yang dikenakan. Sementara Anton dibuat mengulas senyum tertahan, Sungchan sungguh perhatian—yang mana sudah bagian dari pekerjaannya untuk tidak berbalik merepotkan.
Kemudian setelah bersiap untuk keluar dari Istana Holvania, mereka berada dalam satu mobil untuk pertama kalinya. Anton duduk di kursi belakang sedang Sungchan mengemudi di kursi depan sendirian. Banyak yang ingin Anton tanyakan, seperti apa saja yang akan mereka lakukan bersama di luar Holvania untuk pertama kalinya.
“Apa rasa es krim yang kamu sukai? Aku akan memberimu cukup banyak sebagai hadiah telah mencetak skor sempurna!”
Tak ada jawaban. Entah karena Sungchan meluruhkan seratus persen atensinya pada jalanan atau karena pertanyaan Anton bukanlah pertanyaan yang bisa dijawab—karena batasan sialan, Anton tak kunjung dapatkan jawaban berupa kalimat. Tahu-tahu Sungchan sudah berhenti di sebuah toko es krim yang kemudian menimbulkan reaksi berlebihan ketika Anton menyadari Sungchan membawanya ke toko es krim favoritnya sedari kecil.
“Kamu tahu tempat ini? Wah, menakjubkan sekali! Toko ini adalah toko favoritku. Kukira kamu akan membawaku ke toko es krim yang lebih terkenal.” Antusias Anton menjulang tinggi, tapi lagi-lagi kalimatnya tak dibalas sama sekali. Sungchan melepas sabuk pengamannya lalu turun membukakan pintu untuk Anton keluar dengan bola mata yang berbinar-binar.
“Aku akan memesan rocky road dan maple walnut!” serunya sambil berlari masuk mendorong pintu kayu toko es krim dengan bersemangat.
Tidak sia-sia Sungchan menghafal seluruh hal tentang Anton dari kertas-kertas tebal yang Putra Mahkota beri dan ia baca hanya dalam waktu dua hari.
“Peppermint chocolate? Bukankah rasanya seperti pasta gigi?” Anton bertanya, sedikit penasaran banyak mengejeknya ketika mendapati pesanan es krim yang Sungchan pilih dari belasan varian. Tapi pertanyaannya tak dibalas, Sungchan hanya fokus menghabisi satu cone es krim di tangannya cepat-cepat karena perlu mengawasi sekitar supaya tetap aman dan kondusif sebab beberapa orang di sana sudah menyadari keberadaan Anton yang berada di luar Holvania.
“Setelah ini, bisakah kita mampir untuk mencari makan siang?” tanya yang termuda lagi dengan santai sambil menjilati es krim di tangannya penuh rasa senang. “Menurutmu, menu apa yang cocok di Minggu siang seperti ini?”
Masih diam, Sungchan membereskan noda es krim di tangannya lalu mengulurkan secarik tisu untuk Anton pakai mengusap bibirnya yang belepotan.
“Kalau begitu, ayo kembali ke Holvania dan kamu bantu aku membuat menu makan siang.”
Pergerakan Sungchan yang tengah membersihkan kekacauan karena noda es krim menempel di kemejanya mendadak terhenti ketika Anton memutuskan keputusan yang mudah diucap tanpa pikir panjang. Tapi Sungchan bekerja untuk Anton untuk bersedia dalam setiap keadaan—termasuk saat lapar melanda sang Pangeran. Maka, tidak ada kesempatan untuk berkilah dengan berbagai alasan. Anton berdiri dari kursi kayu di depan toko es krim sederhana favoritnya lalu berjalan menuju mobil dengan Sungchan yang mengikuti di belakangnya. Jelas terasa beberapa kamera mengarah pada si Pangeran yang memasuki mobil usai Sungchan bantu membukakan pintu.
“Selamat berkemudi, aku akan mencari resep masakan di sepanjang jalan. Jadi, biarkan aku fokus dan jangan banyak bersuara.”
Sungchan hanya geleng-geleng kepala sebelum akhirnya siap berkemudi kembali menuju Holvania dan berakhir di dapur Istana yang luasnya belasan kali lipat dari kediaman pribadinya. Terlihat begitu serius Anton mengenakan persiapan memasak seperti telah terbiasa menghabiskan waktunya di sana. Tapi menu pilihan yang akan dibuatnya tampak begitu meyakinkan—meyakinkan akan membakar hangus seisi dapur karena, oh, bagaimana bisa seorang Pangeran yang harusnya berdiam di singgasana kini bergerak aktif menyusuri dapur untuk pertama kalinya?
“Aku akan membuat menu makan siang paling nikmat yang pernah ada di Holvania selama ratusan tahun berdiri.”
Sungchan tak bisa bereaksi banyak selain melipat tangannya ke belakang di depan Anton yang kini tengah mencuci sayuran untuk dipotong-potong dengan bentuk yang beragam.
“Hati-hati, Pangeran. Kamu bisa saja melukai tanganmu dengan pisau dapur yang tajam itu.”
Adalah peringatan yang Sungchan beri sebagai bentuk antisipasi. Menyaksikan pisau di tangan Anton seperti pertunjukan ekstrem yang ngilu, dari potongan pertama saja sudah cukup menjelaskan seberapa jauh harusnya Anton cukup berdiam. Dan benar saja, potongan-potongan selanjutnya Anton dibuat memekik kesakitan ketika telunjuknya teriris dan meneteskan cairan merah di sepanjang talenan. Spontan Sungchan menarik lengan Anton lalu dibawa menuju wastafel guna mengaliri luka tersebut dengan air yang mengalir selama beberapa menit.
“Biarkan lukanya terbasuh air selama beberapa waktu.”
Anton yang seharusnya panik mendadak dibuat menciut. Sungchan bertindak tanpa kalimat menyalahkan atas perbuatannya yang ceroboh. Pengawal pribadinya ini bersedia membantu menangani dan mengobati lukanya dengan telaten tanpa banyak kata.
“Lukanya akan sembuh dalam waktu satu minggu paling lambat. Mau kubawa pada tim medis untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut? Mereka bisa saja membuat lukanya sembuh lebih cepat.” Sungchan bertanya, pertanyaan yang dilontar dengan suara rendah sebab tak ingin membuat Anton panik dengan situasi saat ini.
Dan dengan mata berkaca-kaca juga gelengan kecil sebanyak dua kali, Anton menolak opsi lain yang Sungchan beri. “Tidak perlu. Lukanya tidak terlalu perih, aku masih sanggup mentoleransinya. Terima kasih, Pengawal Jung Sungchan...”
“Sudah tugasku,” balas yang tertua dengan dehem ringan. “Aku akan memanggil para pelayan untuk mengambil alih.”
Bangkit lalu sigap mengatasi keadaan supaya tidak menjadi kacau balau, Anton terkesima pada kinerja Sungchan yang gesit dan mampu diandalkan. Baru disadari olehnya bahwa Sungchan pekerja yang berbeda; tidak banyak berkata namun cekatan di segala keadaan. Ada sedikit penyesalan karena Anton sempat menyepelekan kedatangannya hanya karena Sungchan tidak banyak bicara. Sebab hari ke hari, banyak yang Anton saksikan pada setiap kecakapan Sungchan selama berada di sekitarnya.
Semua menjelma menjadi bentuk sebuah kekaguman yang tidak pernah Anton rasakan pada siapa pun yang pernah bekerja untuknya.
Tiba saat Pesta Dansa Eldoria digelar. Ballroom sudah dipenuhi tamu undangan yang ramai menari ria dan berbincang penuh sukacita. Konsep tahun ini lebih berkesan dan Anton tidak menaruh setitik pun rasa senang. Sungchan ada di belakangnya untuk mengawal sepanjang acara dari sedari ia berdandan dengan balutan jas biru keemasan juga rambut kecokelatan yang ditata lebih rapi dari biasanya. Tampan dan pagan. Ratusan pasang mata memandang Pangeran Eldoria begitu terkesima.
Anton benar-benar sang tokoh utama.
Tapi tak ada satu pun yang ingin Anton jadikan pasangan berdansa—kecuali paksaan dari seorang Putri bangsawan yang mengenakan gaun mewah dengan rambut pirang bergelombang sedang menghampirinya. Di sana Anton mengarahkan suasana hatinya untuk tetap terlihat tenang. Dua tangan sang gadis ada di atas bahunya, kakinya bergerak mengikuti ketukan irama dari lagu yang diputar memenuhi seluruh Istana. Sementara itu, dalam waktu bersamaan Sungchan mundur beberapa langkah dari kerumunan bangsawan—berdiri bersandar pada tembok kokoh seraya menatap Anton dengan raut wajahnya yang tidak memancarkan kesenangan; tak ada senyum dan mata berbinar seperti biasanya.
Anton begitu serasi dengan pasangan dansanya malam ini.
Larut memperhatikan sang Pangeran, Sungchan menyadari bahwa langkah kaki Anton semakin bergerak tak nyaman. Bukan karena kecanggungan yang melandanya sampai hilang seulas senyuman. Sungchan merasa ada hal yang janggal dan benar saja, Anton menoleh ke arahnya seperti sedang kesakitan.
Buru-buru tungkainya dibawa melangkah untuk memastikan. Ternyata salah satu kaki Anton terluka karena ada benda tajam di dalam sepatu yang baru saja melukainya.
“Pakailah sepatu milikku untuk sementara—”
“Itu tidak perlu, Pengawal Jung Sungchan.”
Sungchan menengadah tatkala Anton menahan pergerakannya yang bersedia menukar sepatu mereka untuk sementara sampai acara malam ini selesai terlaksana. Karena bagaimana pun, Anton si Pangeran Eldoria harus ada di sana.
“Aku tidak bisa bergerak, lukanya terasa sakit untuk aku tahan sampai acara selesai. Bolehkah kamu mengantarku keluar?”
Butuh beberapa sekon untuk Sungchan mengerti apa maksud kalimat Anton yang meminta sebuah permohonan hanya karena kakinya sedikit terluka—lecet biasa, tidak seperih luka-luka yang Anton dapat kemarin-kemarin karena kecerobohannya. Tapi mata membola bak anak anjing yang berkilau itu berhasil menyihir Sungchan. Si pengawal mengangguk, kemudian membungkukkan tubuhnya sebagai ucapan maaf kepada sang Putri karena harus membawa Anton keluar dari ballroom pesta meski acaranya belum selesai terlaksana.
“Aku akan bantu memapah mu keluar, tahan rasa sakitnya.”
Desah lega keluar dari bibir Anton ketika Sungchan akhirnya menangkap sinyal permintaannya. Tubuhnya dipapah sepanjang langkah keluar dari ruangan mewah yang tak pernah Anton harapkan untuk bisa datang kembali sepanjang hidupnya.
Selain itu, saat ini ada yang tengah Sungchan pikirkan. Bagaimana bisa ada sebuah benda tajam di dalam sepatu seorang Pangeran? Hal yang tidak masuk akal—
“Ya, aku sengaja memasukkannya. Berhenti menatapku begitu!” seru Anton ketika membaca isi kepala Sungchan yang tentu sedang bertanya-tanya.
“Aku ditugaskan untuk menjagamu dari bahaya, tapi kamu sendiri sengaja melukaimu dengan hal yang berbahaya?”
Sungchan melepas rangkulan tangannya untuk berdiri tegak menatap Anton dengan tatapan setajam mata elang. Menyeramkan, Anton tahu ini bukan saat yang tepat untuk ia melayangkan candaan.
“Aku hanya — ”
“Jelaskan nanti pada Putra Mahkota, karena aku tidak perlu penjelasan apa pun.” Sela Sungchan lalu mengambil satu langkah maju ke depan, yang mana Anton kira pengawal pribadinya itu akan meninggalkannya sendirian karena merasa jengkel pada perbuatannya yang kali ini cukup berlebihan.
“Lukanya akan semakin parah jika dibawa berjalan. Jadi naiklah ke atas punggungku, Pangeran.”
Tapi tidak. Sungchan ternyata berjongkok mengambil ancang-ancang untuk bersiap menggendong sang Pangeran menuju unit kesehatan agar lukanya diobati sesuai instruksi. Lalu dengan rasa bersalah yang tinggi karena melakukan dua kesalahan; berbohong dan sengaja merepotkan—Anton menjatuhkan tubuhnya di punggung kokoh si pengawal yang kemudian berdiri dan menggendongnya sepanjang jalan.
“Maaf merepotkan mu terus-menerus...” gumam Anton dengan suara sedikit tenggelam karena menyandarkan pipinya ke bahu Sungchan yang berjalan sekuat tenaga. “Aku hanya tidak memiliki ide apa pun untuk keluar dari acara tersebut karena aku benar-benar tidak ingin menghadirinya. Tapi seluruh keluarga memaksaku datang dan bersenang-senang dengan fakta bahwa aku tidak suka taburan acara megah, aku tidak suka pesta dansa, tidak suka musik, juga tidak suka perempuan.”
Langkah Sungchan berhenti ketika kalimat Anton selesai diucap tanpa jeda atau sedikit kesalahan, justru kalimat si Pangeran terlontar lancar seperti bukan ketidaksengajaan. Menyadari hal tersebut adalah reaksi, Anton terkekeh kecil seolah apa yang baru saja ia katakan bukan sebuah masalah.
“Apakah kamu akan menurunkan aku tiba-tiba karena baru saja mengetahui sebuah fakta mencengangkan bahwa aku tidak tertarik pada perempuan?”
Hening. Di sepanjang lorong Holvania tak ada siapa pun karena para pengawal sibuk berjaga dan para tamu sibuk berdansa. Sungchan masih berkutik setelah diberi sebuah tanya. Tapi tidak, ia tentu tak akan menurunkan seorang Pangeran yang menjadi tugasnya sedang terluka digendong di atas punggungnya. Lantas dilanjutkan kembali langkahnya, kali ini lebih pelan karena merasa sudah tercipta sebuah ruang untuk mereka berbincang.
“Bagaimana denganmu?” seru yang termuda seolah Sungchan mengerti apa maksud pertanyaannya. “Apakah kamu berniat mengencani seorang perempuan seperti lelaki dewasa sebaya mu di luar sana?”
Karena napasnya tersengal-sengal, Sungchan hanya menggeleng sebagai jawaban.
“Ah, jadi kamu lebih berminat untuk berada di Holvania sepanjang waktu untuk menjagaku, begitu?” Anton kegirangan dengan tawanya yang mengambang. “Sungguh pengawal yang setia. Ayah dan Kakak tidak salah memilihmu!”
Langkah Sungchan kembali berhenti, kali ini bukan karena ada sebuah kalimat yang mengejutkannya seperti tadi. Tapi karena mereka sudah sampai di depan unit kesehatan untuk Anton masuki. Turunlah si Pangeran dari punggung pengawal setianya dengan sudut bibirnya yang naik begitu lebar, cengengesan karena merasa Sungchan benar-benar setia sebagai seorang pengawal.
“Ketika Raja Eldoria menunjukku langsung untuk menjadi pengawalmu, secara langsung aku telah memberi seluruh hidupku untukmu seorang, Pangeran. Jadi tentu tak ada hal lain yang aku pikirkan selain dirimu dan tugas-tugasku.”
Membelalak dengan mulut sedikit terbuka, Anton tak mengira Sungchan akan menjawab pertanyaannya dengan kalimat yang terdengar punya arti berbeda. Bahkan Anton perlu puluhan detik untuk bertatap dengan iris cokelat si pengawal yang seolah memberi sebuah isyarat.
“Masuklah, biar mereka segera mengobati lukamu.”
Mengejap usai menyadari ia jatuh pada lamunan yang mendalam, Anton memberi distraksi berupa dehem ringan yang memecah kecanggungan. “Ya... Kalau begitu aku akan masuk.”
Sungchan kemudian membungkuk lalu berbalik badan, menjauh dari pandangan Anton melewati sepanjang lorong dengan langkah kaki yang berbunyi semakin pelan. Ada sesuatu yang mendadak membuat perutnya tergelitik. Anton tak bisa menyingkirkannya karena bahkan sampai bangun pagi, suara di rongga kepalanya belum berhenti bisikkan kalimat Sungchan yang tak terhitung pakai jari.
Perasaan macam apa ini?
Selama hidupnya, Anton tidak pernah rasakan berbagai bentuk kasmaran yang sepatutnya dapat dialami sejak masa remaja. Ia menghabiskan seluruh hidupnya hanya dengan mendatangi acara amal, kegiatan sosial, juga menghadiri acara politik yang sama sekali tidak menyenangkan. Maka, ketika Sungchan datang dan mengisi hari-harinya dengan berbagai perlindungan, Anton merasa memiliki seseorang yang lama ia butuhkan.
Tentang bagaimana sigapnya Sungchan melindunginya dari bahaya ketika sebuah acara yang mereka datangi berlangsung ricuh dan Sungchan sempat terluka karena lebih dulu menyelamatkan Anton supaya aman berada di tangannya. Hari itu banyak yang Anton renungkan terutama kalimat Sungchan yang diucap dengan lemah saat bercucurannya darah.
“Aku seorang pengawal. Sudah sepatutnya menjalankan tugasku—menjagamu dari seluruh bahaya yang bisa menimpa kapan saja. Berhenti menangis, Pangeran. Aku akan baik-baik saja dan tidak perlu merasa bersalah.”
Mulanya Anton tetap menahan semua ledakan-ledakan diri perihal Sungchan dan segenap perhatian yang diberi memalui segala kata dan perlakuan. Tapi tak bisa di tahan ketika hari-hari berikutnya Anton ada bersama Sungchan berduaan dalam beberapa kesempatan. Seperti hari itu, di kebun Holvania. Di sana Anton berniat untuk memeriksa pohon-pohon yang pernah ditanamnya. Tumbuh dengan baik buah-buah di atas sana, termasuk buah persik kuning yang menjadi buah kesukaan Anton sedari kecil.
“Tolong petik satu persik yang termanis untukku. Persik termanis dari semua persik yang ada di pohon ini.”
Permintaan yang buat Sungchan kelimpungan. Bagaimana bisa ia mengetahui buah mana yang termanis di antara seluruh buah yang ada di pohon ini? Benar. Anton mengerjainya karena ingin melihat respons yang Sungchan beri. Tapi jauh dari dugaannya, ternyata Sungchan mencarinya dengan bersungguh-sungguh—bergerak memilih dan menerawang selama beberapa menit sampai akhirnya Anton dibuat takjub oleh kegetolan Sungchan yang begitu sungguhan.
“Aku memetik yang ini. Maaf jika buahnya tidak semanis seperti yang kamu inginkan, Pangeran. Tapi aku akan bersedia untuk mencarinya berulang-ulang sampai kamu mendapat persik dengan manis yang sesuai harapan.”
Anton benar-benar tak pernah mendapat perlakuan seperti ini sebelumnya. Bahkan ketika kerajaan secara sukarela memberinya belasan hingga puluhan pengawal, tak ada satu pun di antara mereka yang berhasil membuat Anton merasa senang seperti ketika ada bersama Sungchan. Namun perasaan senang tersebut Anton rasakan lebih besar sampai tak sanggup untuk menyebutnya sebagai sebuah perasaan tertentu—tak ingin salah kaprah menentukannya karena perlakuan yang wajar ia dapat sebagai seorang Pangeran dari pengawal pribadinya.
“Permisi. Biar aku rapikan lebih dulu pakaianmu, Pangeran.”
Anton lagi-lagi mengedip tiba-tiba tatkala Sungchan mendekat dan bersuara dekat di sisinya. Hari ini ia mendatangi kegiatan sosial sederhana bersama teman-teman bangsawan lainnya di sebuah tempat penampungan hewan. Seperti biasanya, Anton datang didampingi oleh Sungchan yang siap bersedia memantau keadaan bersamanya. Tapi hari ini sedikit berbeda, Anton merasa sedikit canggung karena masih terbayang perasaan mengganjal yang menghantuinya sampai tidur tak tenang. Sehingga semua yang berada di kepalanya tampak mengganggu Anton untuk menghadapi Sungchan dan tugas-tugasnya.
Yang mana menghindar adalah sebuah langkah yang Anton pilih selama beberapa hari setelahnya. Tak banyak yang dikatakannya selama berada bersama Sungchan yang melakukan tugasnya. Anton tak lagi melempar permintaan konyol atau bertingkah santai seperti ketika awal-awal Sungchan ada bersamanya. Lalu beberapa kali Anton meminta waktu untuk berkegiatan sendiri tanpa Sungchan ada bersamanya mengawasi. Semua Anton lakukan sendiri tanpa meminta bantuan Sungchan sama sekali sampai timbul jarak dan kurangnya interaksi di antara mereka selama beberapa hari.
Seperti hari ini, misal. Sungchan mengulurkan tangannya untuk merapikan mantel yang Anton kenakan sebelum memberi sambutan. Jarak sedekat itu membuat Anton membuang tatapannya beredar asal—tak ingin beradu tatap dengan Sungchan yang terasa begitu lama merapikan pakaiannya. Sadar bahwa gerak-gerik Pangeran di depannya ini lebih kikuk dari biasanya, Sungchan menundukkan pandangan guna memastikan; pikirnya Anton mungkin sedang dilanda gugup semata.
“Aku akan memastikan acara hari ini berlangsung aman. Tidak perlu gugup dan khawatir berlebihan, Pangeran.”
Untuk sesaat, Anton berhenti melempar tatapannya pada setiap sudut hanya karena vokal Sungchan terdengar lebih menenangkan. Sebetulnya tak ada gugup yang Anton rasa, tapi entah mengapa Sungchan begitu pandai membuat suasana terasa lebih damai—senjang dengan detak jantungnya yang bergetar tidak karuan. Ah, lagi-lagi datang. Anton cepat menutupi semuanya dengan batuk sandiwara hingga Sungchan berangsur mundur melepas tangannya.
“Terima kasih, Pengawal Jung Sungchan. Kamu hanya perlu memastikan acara berjalan dengan aman. Aku bisa mengurus diriku sendiri.”
Membungkuk mempersilahkan, Sungchan menyaksikan Anton naik ke atas mimbar dan memulai sambutannya dengan baik dan berwibawa. Tapi ada disharmoni yang Sungchan rasa mengenai sikap Anton belakangan ini yang tidak ceria dan terbuka seperti pada hari pertama Sungchan bekerja. Tentu Sungchan menyadarinya meski ia pribadi yang terlihat dingin dan tidak peduli pada hal kecil di sekitarnya. Anton seperti sedang menghindar darinya. Mungkin bisa saja hanya perasaan Sungchan yang keliru atau terlalu percaya diri mengambil kesimpulan, tapi bertanya memastikan juga bukan sebuah wewenang. Sungchan dengan sikap profesionalnya yang membuat garis batasan terbentang—tak ingin mengubah situasi menjadi lebih dari sekedar mereka menjalankan profesi sebagaimana mestinya.
Harusnya begitu—kalau saja Sungchan tak dilanda panik hebat ketika acara sudah berjalan setengah durasi dan Anton merasakan ketidaknyamanan karena alergi. Payah, Sungchan merutuk dalam hati karena baru mengingat Anton memiliki sebuah alergi, rinitis alergi bulu hewan. Tubuh sang Pangeran kini terkulai lemas usai Sungchan bawa menjauh dari tempat acara terlaksana. Sekujur kulit tangannya muncul ruam kemerahan juga matanya yang memerah disertai bersin-bersin yang tak kunjung selesai.
“Mohon tahan sebentar, Pangeran. Aku sudah menghubungi tim medis dan mereka akan segera datang.” Tuturnya dengan suara gemetar sambil menggenggam lengan Anton erat-erat. Bukan berangsur lebih baik, kini Sungchan harus menahan tubuh Anton dengan napasnya yang tersengal karena sesak. Untung tim medis datang dengan cepat dan siap menangani Anton hingga pulih selama beberapa waktu ke depan.
Dan adalah hal yang pasti, menyesali kelalaiannya yang menciptakan keributan satu kerajaan akibat tidak menjalankan tugasnya lebih becus. Sungchan menemani Anton sedang ditangani. Membuncah sebuah penyesalannya sampai tidak bisa bersikap tenang, padahal Putra Mahkota sudah turun langsung dan menyampaikan balasan permohonan maaf dengan mengatakan tidak perlu khawatir terlalu berlebihan.
Karena mereka tahu, Anton akan lebih cepat pulih sebab reaksi hipersensitif yang dimilikinya tidak terlalu besar. Maka, mereka sempat menyarankan Sungchan untuk pulang ke Holvania dan menunggu kabar Anton selanjutnya. Tapi si pengawal tersebut menolaknya dengan hormat dan memilih untuk menunggu sang Pangeran sampai keadaannya membaik. Tak banyak yang bisa dilakukan, mereka membiarkan Sungchan seorang diri menunggu Anton pulih dan diizinkan untuk berinteraksi.
“Maaf,” Sungchan berucap dengan pelan sambil menunduk dalam-dalam. “Maaf karena aku lalai bekerja dan menjadikan bencana untukmu, Pangeran.”
Di ranjang pasien, Anton memperhatikan Sungchan dengan ekspresi bingung karena baginya yang Sungchan lakukan terlalu berlebihan. “Berhenti menunduk, kamu bisa lihat keadaanku sekarang. Aku baik-baik saja, tak ada masalah serius lainnya. Jadi, tenanglah.”
Sungchan mendongak, permohonan maafnya diidahkan dan harusnya tak ada lagi sebuah kekhawatiran. Namun sesuatu masih mengganjal dan Sungchan kehilangan cara untuk mengungkapkannya dengan suara. Dirangkai susunan kalimatnya di kepala dan memberi hasil berupa satu pertanyaan singkat setelahnya.
“Adakah sesuatu yang salah selama aku bertugas?”
Anton bingung. Sungchan lebih bingung. Mereka bertukar tatap seolah menyelami isi hati dan kepala masing-masing yang sama-sama dirasa janggal.
“Tidak ada... Aku pikir semua berjalan dengan baik. Kamu menjalankan tugasmu dengan sempurna—”
“Lalu mengapa akhir-akhir ini kamu menghindar dariku seperti sesuatu yang salah tengah terjadi?” sambar Sungchan begitu putus asa, tak berpikir apa yang baru saja dilakukannya adalah sebuah sikap lancang yang seharusnya tidak bagi seorang pengawal lakukan.
“Itu—” Anton menjeda kalimatnya ketika merasa kerongkongannya tercekat padahal mereka masih saling bertatap. “Aku hanya sedang menghindari sebuah perasaan asing yang menggangguku setiap ada bersamamu.”
Sungchan bergeming tak tahu dengan apa maksud kalimat yang Anton ucap dengan nada bergetar penuh ragu.
“Aku menyukaimu,” jedanya untuk ambil napas panjang supaya tak tersisa lagi keraguan. “Entah kapan semuanya bisa begitu. Mungkin ketika kamu bersedia menemaniku bermain di bawah hujan, atau mungkin ketika kamu bersedia mencarikan buah persik yang manis dan langsung memetiknya untukku, atau mungkin ketika, aku tidak tahu... Aku hanya menjadi lebih mudah berdebar dan bergembira—dan semua aku rasa hanya ketika bersamamu saja. Hal itu menyadariku bahwa aku telah jatuh cinta padamu, Pengawal Jung Sungchan.”
Mematung dengan mata terasa berpendar, Sungchan masih mencerna setiap kata yang Anton ucap supaya bisa ia mengerti tanpa bereaksi seolah sedang menghakimi. Bukan, bukan Sungchan terkejut mengetahui lebih jelas perihal Anton dan seksualitasnya—jauh dari itu, Sungchan tak pernah memiliki sebuah pemikiran bahwa Anton akan merasakan hal yang serupa dengannya; berdebar dan bergembira lebih mudah ketika sedang bersama, sebab Sungchan juga sama jatuh cinta.
Sungchan suka bagaimana tawa Anton lepas ketika ada bersamanya. Suka bagaimana Anton banyak melayangkan pertanyaan konyol yang membutuhkan validasinya. Suka bagaimana Anton menatapnya seolah ada sesuatu yang tersirat di sana. Sungchan suka pada segala yang ia lakukan bersama Anton berdua.
Mereka tak lagi bersuara. Hanya detik jarum jam yang menghiasi sunyi penuh evaluasi. Sungchan maju selangkah, buat Anton mundur membentur ujung ranjang hingga berdecit kecil bersamaan jemari Sungchan meraih tengkuknya tuk mendongak. Penuh dengan rasa hormat Sungchan menyentuh wajah Anton dengan ibu jarinya di sisi rahang, ciptakan sentuhan bibir selama beberapa waktu sampai keduanya terpejam.
Bibir mereka bergerak pelan di bawah guyuran keraguan. Basah lembab terasa ketika lumatan-lumatan mendominasi secara lembut tanpa paksaan. Satu tangan si pengawal turun meraih pinggang Pangeran lalu menariknya dekat tanpa tersisa jarak, mereka melakukan ciuman pertama dengan hikmat. Detak jantung seolah bersahut dan bersorak. Ujung jas hitam yang Sungchan kenakan kini Anton remas dengan kuat selaras dengan dalamnya ciuman yang masih berjalan hingga mereka melepasnya dengan napas termegap.
Kilap bibirnya diusap, Anton tersenyum setelahnya. Kilau irisnya jelas beri isyarat penuh suka. Berbeda dengan Sungchan yang teteskan setitik air mata dari ujung kelopaknya.
“Aku juga menyukaimu, Pangeranku.”
Anton menatap sendu.
“Tapi yang aku lakukan adalah sebuah kesalahan fatal bagi seorang pengawal yang bekerja bagi seorang Pangeran sepertimu,” Sungchan memberi celah untuk kalimat selanjutnya untuk memastikan Anton tidak terluka. “Jadi, biarkan semuanya terpendam dan tidak berlanjut menjadi sebuah kesalahan yang kian membesar.”
Harusnya, ketika Anton merapal sebuah harapan akan dipertemukan dengan seseorang yang mampu menciptakan kebahagiaan bersama, ia juga harus menyertakan harapan tak ada sebuah halangan yang memutuskan harapannya ketika sudah nyaris terjadi. Sebab Sungchan, seorang pengawal yang ditugaskan oleh kerajaan, tak akan bisa bersanding dengannya yang memiliki gelar dari sejak berada dalam kandungan. Mereka terlalu jauh untuk bersama dan menggapai mimpi supaya rampung dalam akhir yang satu.
Membungkuk lalu berbalik adalah sebuah pernyataan pamit bahwa Sungchan telah mundur. Mundur dari apa yang harus diperjuangkan juga mundur dari tugas dan pekerjaan. Anton berakhir sendirian, kosong tiada sosok yang selama beberapa bulan ini mengisi kesehariannya dengan hal-hal menyenangkan.
“Seluruh rakyat di luar sana pasti akan terkejut jika mengetahui Pangerannya mencintai seorang lelaki yang bekerja sebagai pengawalnya untuk menjaga dan melindungi setiap hari. Benarkah menurutmu juga begitu?”
Kali ini yang Anton hadapi adalah sang Ayah—Raja Eldoria yang akhirnya selesai dari masa pemulihannya. Kedudukan terbesar yang tak ada lawannya. Anton bergeming dengan kepala menunduk sedalam-dalamnya penuh rasa bersalah. Sungchan telah dipulangkan ke tempat asalnya.
“Aku memilihnya menjadi pengawal pribadi untuk anakku karena aku telah mempercayakan seluruhnya,” Raja Eldoria kemudian menyeruput secangkir teh hitam di atas mejanya. “Ia adalah anak pilihan. Aku sendiri yang turun tangan merawatnya sedari lahir dan tumbuh besar sampai sekarang.”
Ada ekspresi terkejut yang Anton tahan mendengar pernyataan Raja Eldoria yang diucap dengan tenang seolah sengaja mempersiapkan waktu untuk memberi tahu pada sang putra yang sudah beranjak dewasa. Benar terkaan-terkaannya hari itu mengenai sosok Jung Sungchan yang memiliki keterlibatan dengan anak lelaki pilihan.
“Aku banyak berhutang budi pada keluarganya. Tak banyak yang mereka minta selain memintaku untuk membesarkan buah hatinya sampai tumbuh baik dan sehat tanpa ada sesuatu yang kekurangan.”
Lagi, semua masih terlalu luar biasa untuk Anton dengar dan hayati.
“Dan nyaris selama seperempat abad aku merawatnya secara tertutup, aku merasa sudah saatnya ia tumbuh bebas dan mencari jalur hidup yang menurutnya terbaik untuk dipilih.”
Mulut si bungsu masih tertutup. Obrolan bersama sang Raja yang dilakukan hanya empat mata ternyata banyak membuat kepalanya tak cukup menerima dan mencerna informasi sampai bereaksi kalut.
“Begitu juga denganmu, Putraku.” Raja Eldoria hampir menyelesaikan kalimatnya. “Carilah kebahagiaanmu yang kamu yakini sebagai jalur hidup terbaik. Dengan risiko melepas seluruh gelar ningrat dan diasingkan, kamu bisa hidup bebas di luar batas peraturan yang kerajaan ciptakan.”
Maka, setelah menentukan keputusan panjang dengan dampak besar yang mengejutkan satu kerajaan, Anton memilih mundur dari peran kerajaan dan mencari kebebasan hidup dengan berbagai konsekuensi yang harus dihadapinya sendiri. Berkelana di perjalanan panjang untuk temukan titik kebahagiaan yang didambakan, memegang sebuah kebebasan yang lama diimpikan, juga mencari cinta sejati yang lama dinantikan.
Dan Anton temukan semuanya dalam satu jawaban: Jung Sungchan.
“Aku berjanji akan menggantikan seluruh pengorbanan yang telah kamu lakukan untukku.“
Dan baru Anton sadari, Sungchan hari itu bukan datang untuk sekedar memberi rasa aman seperti tugasnya yang harus dilaksanakan. Tapi kehadirannya juga datang memberikan rasa nyaman yang Anton impikan agar selalu terasa dan merenggut perasaannya menjadi sebuah cinta.
Di sana mereka berada, di sebuah pedesaan terasing dan hidup bahagia. Tanpa gelimang kekayaan dan jabatan, lepas dari tuntutan sebuah pertanggungjawaban, merelakan segalanya yang memenuhi kebutuhan. Hidup dengan tenang bersama sosok yang dicinta adalah titik tertinggi yang Anton miliki saat ini. Mereka habiskan sisa waktu untuk saling mencintai dengan berbagai kegiatan romantis yang tiada harganya; berdansa penuh cinta dengan lagu dari gramofon berputar lancar juga tertidur dalam satu ranjang dari malam hingga fajar menjelang.
“Kamu akan selalu menjadi pangeran untukku—tanpa batas waktu, aku mencintaimu.”
Bersama Sungchan, cinta sejatinya yang bersedia menggantikan seluruh pengorbanan; Anton akan selalu aman.