Halo. Kamu masih di sana? Karena aku masih di sini.

ACEL:
2 min readOct 14, 2024

--

Halo. Kamu masih di sana? Karena aku masih di sini.

Tipis senyum membawa setitik bahagia yang dirasa cukup lega. Teduh rasanya. Aku masih mau lihat lebih lama—kalau diberi permisi untuk lebih tamak lagi, aku mau lihat selama-lamanya tanpa durasi yang pasti.

Halo. Kamu masih di sana? Karena aku masih di sini.

Di ratusan hari lalu, menyaksikan kamu menari di panggung besar nan tinggi. Di ribuan detik kala itu, menyaksikan kamu tertawa lalu berlari ke sana kemari. Tularkan bahagia yang menggelitik perut dan dada. Senang melihat kamu bersama keenam lainnya bertukar tatap dan berbagi pundak sebagaimana mestinya.

Halo. Kamu masih di sana? Karena aku masih di sini.

Punggung beratku yang kerap menyusut karena harapan kian membesut tak ada apa-apanya dengan manifestasi milikmu yang berujung kusut. Rindu yang ditelan sendiri ini juga belum seberapa dengan mimpi tinggi milikmu yang masih mau bersenandung tanpa pilu — yang kemudian berakhir direnggut menjadi sebuah hal yang tak tentu.

Halo. Kamu masih di sana? Karena aku masih di sini.

Masih sama seperti di hari perayaan lahirmu tahun lalu, aku menulis penggalan kalimat yang menginginkanmu untuk berbagi keluh tanpa ragu—bukan terus utarakan maaf yang melulu. Bukan salahmu; angkat kepala dan jangan tunduk untuk mereka. Kamu tak harus selalu sempurna.

Halo. Kamu masih di sana? Karena aku masih di sini.

Selalu di sini. Sama sekali tak menyesali penantian lama yang terbayar dengan penuh caci maki. Kembali merajut rutinitas kala itu, aku duduk menunggu—mengharapkan yang terbaik akan datang padamu. Aku masih mau menunggu. Sebentar atau sedikit lebih lama, aku sisihkan waktu untuk menuntun kamu menuju kebebasan yang sesungguhnya.

--

--

No responses yet